Skip to main content

Hidup Biasa-Biasa Saja

 


Di era digital ini, sangat mudah bagi siapapun untuk menunjukkan eksistensi diri. Dengan berbagai platform yang ada, semua orang dapat menyuarakan apa yang menjadi kekhawatiran dalam dirinya, menunjukkan prestasi dan pencapaian yang berhasil didapat, atau bahkan membagikan kisah sedih yanng terjadi dalam hidupnya. Semua terasa normal hingga rasanya justru aneh jika kita tidak menjadi bagian dari itu. 

Karena terasa normal untuk membagikan berbagai hal yang terjadi dalam hidup seseorang di dunia maya, saya tentu juga melakukannya. Hal yang wajar dan biasa saja rasanya memberitahu khalayak ramai bahwa saya baru saja menikah, anak pertama dan kedua saya  telah lahir, saya sedang berada di suatu tempat melakukan sesuatu, dan berbagai hal lain yang terjadi di keseharian saya. 

Melihat keseharian orang lain melalui layar ponsel pun menjadi kegiatan yang tidak terlewatkan. Saya turut larut dalam aliran, di dunia yang hyperconnected ini. Tanpa sadar, saya juga jadi terbiasa membandingkan diri dengan orang lain yang saya lihat di dunia maya. 

Ibu rumah tangga yang tetap produktif mengerjakan hal lain selain mengurus anak, teman lama yang kuliah lagi, sahabat yang aktif berbisnis atau berkarir. Sementara saya gini-gini aja, tidak ada prestasi atau pencapaian seperti mereka. Lambat laun saya mulai merasa kecil, bukan apa-apa.  

Tapi ketika saya mulai sadar dan memutuskan untuk tidak menjadikan sosial media sebagai keseharian saya lagi, saya jadi punya banyak waktu untuk 'berpikir'.

Tentu saja baik jika bisa berprestasi dan meraih kesuksesan. Tapi pertanyaannya, apakah suksesnya orang lain harus menjadi sukses saya juga? Lagi pula, apa itu sukses? 

Jika dulu saya berpikir bahwa sukses adalah berhasil mencapai target dan harapan yang diinginkan, tapi sekarang saya berpikir bahwa sebenarnya tidak ada yang sukses di dunia ini. 

Ada yang bilang, bahwa dunia ini adalah cobaan. Jika ada yang hidupnya sulit, itu adalah cobaan. Jika ada yang hidupnya 'sukses', itu juga cobaan. 

Makna sukses bagi saya kini telah berubah.

Tapi lagi-lagi, ketika terlalu banyak melihat kehidupan orang lain di dunia maya, perasaan membanding-bandingkan sulit sekali untuk dihindari. Saya merasa tidak berprestasi, tidak memiliki pencapaian apapun. 

Lalu saya sampai pada kesimpulan, kalau hidup saya biasa-biasa saja.

Lalu saya berpikir lagi. Apakah salah hidup biasa-biasa saja? 

Tidak dikenal banyak orang, tidak banyak muncul dan bersuara di sosial media yang hingar bingar, tidak memiliki pencapaian yang sama seperti orang lain. 

Dulu saya pikir keadaan seperti itu adalah sebuah kekurangan. Banyak hal yang bisa di dapat dengan menjadi eksis, apalagi terkenal di sosial media. Bnyak kesempatan dan pintu yang akan terbuka. 

Mungkin memang banyak hal yang tidak bisa saya dapatkan dengan tidak terlibat, terlihat, atau dikenal. Tapi lagi dan lagi, hanya karena semua orang melakukan hal yang sama, apakah itu berarti saya juga harus melakukannya? 

Saya ingin menutup tulisan ini dengan motto hidup seorang Rene Descrates.

To live well, you must live unseen.

Masked, I advanced.<a href="https://www.freepik.com/free-photo/woman-double-color-exposure-remixed-media_17227682.htm#query=hidden&position=18&from_view=search

Image sourcecsph">Image by rawpixel.com</a> on Freepik

Comments